Hasil survei pemilihan legislatif 2009 yang memberikan hasil serupa dengan hasil dari Komisi Pemilihan Umun (KPU) ternyata memantapkan kehadiran lembaga survei di dalam ajang lima tahunan ini. Hal ini terlihat dari kembali diadakannya survei-survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei yang ada di Indonesia dalam pemilihan Presiden (Pilpres) periode 2009-2014.
Kehadiran lembaga survei telah dianggap sebagai "dewa" berbagai pihak yang ingin mengetahui peluang dari masing-masing calon presiden di Pilpres 8 Juli nanti. Namun, sepertinya hal tersebut tidak berlaku bagi pasangan capres dan cawapres Jusuf Kalla-Wiranto.
Tim Kampanye Nasional Jusuf Kalla-Wiranto menyatakan keraguan mereka terhadap hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Kamis 4 Juni 2009. Melalui Juru bicara Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto, Indra J Piliang menyatakan bahwa hasil survei yang dilakukan LSI tidak kredibel.
Menurut Indra, LSI perlu untuk mengumumkan kuesioner yang ditanyakan kepada responden. Hal itu diperlukan agar masyarakat luas mengetahui apakah kuesioner tersebut benar-benar objektif.
Hal kedua yang menjadi masalah adalah hasil survei yang menyatakan 70 persen menyatakan dukungannya terhadap pasangan SBY-Boediono, 18 persen untuk pasangan Megawati-Prabowo dan 7 persen untuk JK-Wiranto sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2009-2014. Masalah yang timbul karena angka itu keluar sebelum penetapan pasangan calon dan pengundian nomor urut. Sebagai informasi, survei diadakan pada 25-30 Mei 2009.
Masalah ketiga, kata Indra adalah mengenai penyebutan isu Jawa-Luar Jawa yang muncul dalam survei dikaitkan dengan tingkat keterpilihan yang menghasilkan kesimpulan yang terkesan dipaksakan. Dari kesimpulan hasil survei tersebut, pasangan SBY-Boediono dianggap sebagai pasangan yang cocok memenuhi pasangan ‘Jawa-Luar Jawa' dan ‘Pasangan Nusantara' dibanding JK-Wiranto.
Keempat adalah berkenaan dengan kesimpulan survei yang menyebut "pemilih muslim sedikit memberikan suara mereka pada pasangan JK-Wiranto walaupun sekelompok elite menganggap pasangan ini mewakili lebih mewakili kepentingan umat". Kesimpulan tersebut, menurut Indra, pengelompokkan responden menjadi santri-abangan dan muslim-non muslim tidaklah relevan.
Oleh karena itu, Indra mengingatkan kepada lembaga-lembaga survei agar memberikan kesimpulan survei menggunakan fakta karena bila tidak dilakukan yang terjadi adalah pembentukan opini publik.
Indra mengajak seluruh anggota Tim Nasional Kampanye agar tetap bersemangat menghantarkan JK-Wiranto menjadi Presiden dan Wakil Presiden mendatang.
Sumber : vivanews.com/bm